Jumat, 14 November 2008

Launching HOV Bandung

Oleh: Feriandri Sinulingga

Persiapan
HOV atau Hands off Venezuela adalah suatu program kampanye untuk mendukung pemerintahan Chavez dalam menyelesaikan Revolusi Bolivariannya. Hands off Venezuela ini ada pasca kudeta yang gagal dilakukan oleh penentang chavez. Dan Chavez sendiri sudah mengakui kampanye ini dalam Pertemuan Sedunia untuk Solidaritas Revolusi kedua tahun 2004 lalu.
Sekarang HOV sudah ada lebih dari 30 negara di dunia. Salah satunya adalah Indonesia. Di Indonesia pertama kali launchingnya di Jakarta pada Maret 2008. Perkembangannya semakin pesat di kota-kota lain. Di Bandung juga tidak ketinggalan dalam mengkaji perihal ini. Dan pada Oktober 2008, Majalah Ganesha Institut Teknologi Bandung (MG-ITB) mulai menginisiasi kampanye ini. Pembahasan pun dilakukan dengan mengkaji mulai dari proses pencapaian program sosialis chavez sampai pada capaiannya sendiri. Akhirnya kita sepakat untuk mendeklarasikan HOV Bandung pada tanggal 14 Nov 08 di ITB. Persiapan pun dilakukan dari mulai konsep acara sampai pada hal teknis.

Pelaksanaan Acara & Deklarasi HOV Bandung
Acara dimulai dengan pembukaan oleh MC sekaligus moderator dan dilanjutkan dengan pembukaan oleh Ketua Panitia dan juga Ketua Umum MG-ITB Feriandri Sinulingga (Teknik Elektro 2004). Setelah itu acara berlanjut pada pemaparan materi masing-masing oleh narasumber. Yang pertama dari Jorge Martin (sekretaris Internasional HOV) menjelaskan tentang bagaimana kerja buruh dan rakyat di Venezuela mampu membangun tatanan masyarakat yang partisipatif. Dan narasumber kedua Agus Wahyu (ketua LMND Jabar) menjelaskan tentang perbedaan demokrasi partisipatif dengan demokrasi representatif. Setelah itu, diskusi pun dilakukan. tanya jawab antara audiens dengan narasumber. Suasana semakin menarik saat diskusi berlangsung. Acara kemudian diakhiri dengan sambutan dari HOV Indonesia dan MG-ITB.
MG-ITB sebagai inisiator HOV Bandung akan tetap mendukung kampanye ini dan melawan setiap media asing/imperialis yang selalu memojokkan pemerintahan Chavez sehingga Revolusi Bolivarian menjadi terhalang.

Prinsip-prinsip yang dipegang
Adapun prinsip-prinsip yang dipegang yang kita sepakati bersama adalah:
  1. Bersolidaritas dengan Revolusi Bolivarian di Venezuela
  2. Menentang/melawan intervensi imperialis di Venezuela
  3. Membangun hubungan dengan sesama gerakan
HOV Bandung didekarasikan untuk memperluas jaringan dan media untuk mendukung pemerintahan Chavez dalam menjalankan program-program sosialisnya. Kita juga dapat belajar dan mengambil beberapa prinsip yang mungkin dapat digunakan di Indonesia guna terciptanya REVOLUSI di Indonesia...

-15 November 2008-
Sunken Court E-04 kampus ITB
Sekretariat Majalah Ganesha ITB (MG-ITB) pkl 03.00 WIB

Kamis, 24 Juli 2008

Tulisan Buat BANGSAKU

Oleh: Sadajiwa

Sejak abad ke-7, Indonesia sudah mulai dikenal bangsa bangsa di dunia. Hal ini diawali dengan munculnya imperium Sriwijaya di palembang sekarang. Hal ini kemudian diteruskan oleh imperium Majapahit sampai pada masa terpukaunya orang orang portugis dengan malaka dan orang orang belanda yang turun air liurnya dengan jalur perdagangan rempah rempah dari Nusantara sampai kepulauan filipina.

Pada masa masa itu kejayaan Nusantara terdengar dari cina sampai ke afrika yang nun jauh disana. Kehebatan bangsa yang berasal dari Nusantara ini adalah dari perdagangan nya. Imperium Sriwijaya dengan menguasai jalur perdagangan di sumatra sampai campa (vietnam), dan imperium Majapahit yang menguasai jalur perdagangan sampai ke burma (myanmar).

Kedatangan bangsa yang berambut pirang dan bermata biru merubah sejarah ini. Pemblokadean jalur perdagangan yang pada saat itu umumnya melalui jalur laut, merubah segalanya. Bangsa Nusantara menyingkir ke pedalaman daerah. Selanjutnya dengan pola pola penjajahan yang diterapkan di Nusantara membuat kita menjadi bangsa yang lemah. Bangsa yang pantas nya membawa cangkul ke sawah, bangsa yang memeras keringat hanya untuk kemajuan bangsa asing, bangsa yang pantasnya jadi budak, tidak lebih.

Pola pola ini sampai sekarang masih dipakai di Nusantara. Dengan cara yang lebih halus. Kekuatan modal yang hampir hampir tidak ada batasnya digunakan oleh mnc (multi-national corporate) untuk membuat bangsa ini terlilit hutang yang tidak akan lunas bunganya sampai tujuh turunan. Transfer teknologi hanya embel embel, karena tidak mungkin teknologi mutakhir diberikan oleh negara maju ke negara berkembang. Hanya teknologi yang sudah usang yang ditransfer ke negara berkembang. Dengan marketing yang tepat, hal ini membuat kita menjadi tergantung dan terjebak dalam lingkaran konsumtif. Kita ditawarkan untuk bekerja sama, diberikan kesempatan untuk bekerja di perusahaan mnc dengan iming iming dolar, yang pada kenyataannya adalah semu. Karena sebenarnya, kekayaan alam yang dieksploitasi adalah milik bangsa ini, dan dijual kembali dengan harga yang mahal kepada bangsa ini juga.

Dengan lilitan hutang, pola konsumtif yang ada di masyarakat, pemerintah akhirnya tunduk kepada kekuatan modal asing. Dan pemerintah menjadi kapitalis lokal terhadap rakyat demi mencari aman dan mencari keuntungan sendiri. Pada hakikatnya adalah rakyat yang menjadi sumber penghisapan.

Bangsa Indonesia harus bangkit dari keterpurukan dan terlepas dari jaring jaring kapitalisme corporat (mnc). Jalannya adalah penghapusan hutang luar negeri, menasionalisasi modal asing, dan membangun industri nasional. Penghapusan hutang luar negeri adalah salah satu jalan untuk menstabilkan keuangan negara, yang selama ini keuangan negara dalam apbn selalu lebih besar pasak daripada tiang. Penanam

modal asing sudah mengeksploitasi tanah ini selama berabad abad. Ini sudah cukup menjadi alasan untuk menghapus hutang hutang tersebut, yang selalu diberi embel embel hibah atau apapun namanya. Menasionalisasi modal asing akan membantu keuangan negara, dan akhirnya negara mampu mengalihkan hasil keuntungan perusahaan perusahaan tersebut, dari yang dulunya hanya bisa dinikmati segelintir orang yang notabene adalah kapitalis asing dan lokal, kepada rakyat melalui program program jaminan sosial. Sebagai contoh, misalnya adalah mengusahakan pendidikan semurah mungkin sehingga bisa diakses oleh seluruh rakyat tanpa terkecuali, selanjutnya adalah mengusahakan agar akses terhadap kesehatan dapat dijangkau oleh seluruh rakyat tanpa terkecuali. Membangun industri nasional yang akan menjadi tulang punggung dari perekonomian bangsa ini. Negara akan melindungi industri tersebut dari serbuan pasar bebas dan para investor asing yang selalu mencoba meraup keuntungan dari bangsa ini. Negara juga diharapakan memangkas birokrasi yang selama ini selalu menjadi sumber korupsi dan kolusi.

Semua hal diatas hanya bisa dicapai oleh pemerintah apabila pemerintah mempunyai keberanian. Sebagai mahasiswa dan juga komponen rakyat, maka kita harus menyampaikan hal ini kepada rakyat secara utuh. Sehingga rakyat akan mendorong pemerintah yang saat ini berkuasa untuk mencapai hal diatas. Dan apabila pemerintah tidak mau atau menolak, maka gerakan mahasiswa harus bersatu dengan pemuda seutuhnya dan rakyat secara keseluruhan untuk merebut kembali kedaulatan bangsa dan negara ini untuk kembali ke tangan rakyat sebagai pemilik sah dari tanah ini. Dan segera membentuk pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat , dan untuk rakyat seutuhnya.

Selasa, 22 Juli 2008

KOMERSIALISASI PENDIDIKAN

Oleh: Feriandri Sinulingga

Dilatarbelakangi oleh subsidi biaya pendidikan yang tidak lagi sepenuhnya ditanggung oleh pemerintah, beberapa perguruan tinggi dipilih untuk diubah menjadi menjadi BHMN. Selain untuk mengurangi biaya pendidikan yang dikeluarkan pemerintah, diharapkan PT tersebut dapat menentukan renstra (rencana strategis)nya sendiri. Hal ini dimulai sejak keluarnya PP No.61 tahun 1999 tentang Penetapan Perguruan Tinggi Negri sebagai Badan Hukum. Sebagai konsekuensinya, PTN sebagai BHMN dapat melakukan usaha apapun untuk memenuhi kas keuangannya.
Satu usaha yang dilakukan oleh PT adalah USM (Ujian Saringan Masuk). Sejak dari awal USM ini sudah menjadi kontroversi karena hanya dapat diikuti oleh orang-orang yang mampu membayar sejumlah uang dengan nominal yang terbilang besar. Alasan yang sering digunakan untuk membuka USM adalah dana yang besar dari mahasiswa USM akan didistribusikan ke dalam kas dan digunakan untuk kesejahteraan mahasiswa. Alasan yang tidak dapat kita ketahui kebenarannya karena transparansi keuangan pun mahasiswa tidak memilikinya. Selain itu, Rektorat juga menjamin bahwa mahasiswa yang dihasilkan melalui USM setara dengan mahasiswa melalui SPMB. Dengan alasan demikian, sepertinya USM ini membawa dampak positif bagi kelangsungan Pendidikan. Tetapi bagaimana nasib mereka yang mempunyai kemampuan inteligensia tetapi tidak mempunyai kemmapuan financial. Dengan kata lain membeli formulirnya saja dia tidak sanggup apalagi membayar sumbangan yang begitu besar. Nah, sebenarnya disini lah pokok permasalahannya. Maka mereka yang mempunyai uang akan memperoleh pendidikan sedangkan mereka yang tidak mempunyai uang hanya boleh menjadi pengemis dan gelandangan saja.
Dimana peran pemerintah sebagai stack holder Pendidikan? Mereka lepas tangan dan menutup mata melihat kondisi yang terjadi. Maka tidak berlebihan jika kita mengatakan bahwa orang miskin dilarang sekolah. Hal ini bertentangan dengan tujuan Negara dimana pemerintah mempunyai kewajiban untuk mencerdaskan kehidupan bangsa (masyarakat). Pendidikan harus dapat diakses oleh seluruh rakyat Indonesia. Untuk itu, pendidikan jangan dianggap sebagai komoditi pasar yang hanya dipandang melalui proses permintaan dan penawaran. Pendidikan adalah hak seluruh rakyat Indonesia, sehingga pendidikan tidak boleh dibatasi dengan angka-angka.

JOKI dan SNMPTN

Tahun 1988 bernama Skalu hingga tahun 2008 bernama SNMPTN yang merupakan kependekan dari Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri. Adalah sebuah metode penyaringan bagi anak bangsa yang mempunyai kemampuan berpikir yang lebih, namun tidak mempunyai kemampuan secara ekonomi untuk melanjutkan pendidikan tinggi di perguruan tinggi swasta yang cukup mahal.
Namun seiring berjalannya waktu ( selama 20 tahun berjalannya sistem seleksi ini ) muncul stigma dalam masyarakat dimana seseorang bila sudah berkuliah di perguruan tinggi negri adalah orang terpilih yang mempunyai kemampuan berpikir diatas rata-rata, dan mendapatkan aspirasi yang cukup tinggi dari masyarakat. Stigma dari masyarakat ini yang ikut mengiringi perkembangan seleksi masuk perguruan tinggi ini.
Komersialisasi pendidikan terutama pendidikan tinggi juga mempengaruhi pasang surutnya kehidupan perjokian ini. Dengan diubahnya status perguruan timggi negri ini menjadi Badan Hukum Milik Negara (BHMN) mengharuskan para perguruan tinggi negri untuk mencari dana operasional sendiri. Hal ini membuat perguruan tinggi negri mengadakan Ujian Mandiri (UM) yang berakibat berkurangnya jumlah kursi yang diperebutkan dalam seleksi mahasiswa bersama awal tadi.
Dengan berkurangnya jatah kursi yang diperebutkan dalam seleksi bersama ini mengakibatkan persaingan yang semakin tinggi. Dengan semakin tingginya persaingan dalam memperebutkan kursi perguruan tinggi negri, mengundang beberapa kelompok orang untuk “membantu” para peserta ujian untuk menggapai impiannya untuk berkuliah si perguruan tinggi negri impiannya. Tentu saja dengan imbalan yang memadai.
Sekelompok orang yang menawarkan jasa ini disebut “JOKI”. Dengan berbagai macam metode baik tanpa dan atau dengan bekerja sama dengan panitia lokal setempat para joki ini “menolong” para pemuda bangsa ini menggapai impiannya. Dan fenomena ini terus merebak dan tumbuh dengan subur.
Masuk keperguruan tinggi negri memang adalah suatu prestasi yang cukup membanggakan tapi kalo predikat mahasiswa tersebut didapat dengan keringat, jerih payah, dan kemampuan berpikir orang lain akan menjadi sangat hambar. Adakah suatu kepuasan yang didapat dengan masuk perguruan tinggi negri dengan jalan merogoh kocek dalam-dalam tanpa menunjukan kualitas yang pantas untuk masuk perguruan tinggi negri? Apakah tidak lebih puas ketika kita mampu membuktikan kualitas intelektual kita, sehingga layak dan sepantasnya masuk perguruan tinggi negri?
Mahasiswa adalah pemegang tongkat estafet kehidupan, dimana para kaum tua akan gugur dan digantikan dengan yang lebih muda dan pendidikan tinggi adalah sarana transformasi para kaum muda menuju kedewasaan. Bahwa orang yang telah menempuh pendidikan tinggilah yang akan muncul sebagai pemimpin bangsa. Bahwa orang-orang dengan kualtas intelektual tertentu dan juga memiliki tingkat kedewasaan yang tinggi yang pantas memegang tampuk kepemimpinan.
Tapi apa yang terjadi bahwa pendidikan perguruan tinggi yang seharusnya menjadi sarana mencetak para cedekiwan bangsa malah dinodai dengan hadirnya praktek “perjokian”. Dimana yang seharusnya dapat menikmati pendidikan tinggi adalah kaum muda yang memiliki kualitas intelektual tanpa memandang status ekonomi. Malah kini tiba-tiba masuk kaum muda dengan tingkat intelektual yang cukup rendah namun punya cukup dana untuk menyewa joki.



Seperti pemaparan diatas bahwa perguruan tinggi adalah sarana mencetak kaum pemimpin bangsa. Sementara kini terjadi penodaan pada institusi pendidikan tinggi ini dengan prakrek perjokian. Apakah yang terjadi bila input dari institusi yang seharusnya mencetak para penerima tongkat estafet bangsa ini adalah orang-orang dengan kualitas moralitas rendah?
Dan orang seperti ini pada akhirnya akan terus melakukan kecurangan pada saat menjalani perkuliahan dan tidak menutup kemungkinan ini akan terus terbawa hingga ia memasuki dunia kerja. Dan tentu saja praktek perjokian ini terus berlangsung maka orang-orang malas seperti diatas akan terus dengan mudahnya mengakses pendidikan tinggi. Dan pada akhirnya kalau ini berlanjut maka masa depan bangsa ini akan terancam buruk.
Praktek perjokian adalah suatu pembodohan dan membuat malas para generasi penerus bangsa. Apalah jadinya bangsa ini bila generasi penerusnya adalah generasi yang malas, bodoh dan bermoral buruk?

Kawan-kawan masa depan bangsa ini ada ditangan kalian. Asahlah intelektualitas kalian agar kalian bisa mengecap pendidikan tinggi yang baik. Dan pada akhirnya kalian akan membawa bangsa ini ke masa depan yang cerah


JANGAN PERNAH MEMAKAI “JASA” JOKI DEMI MASA DEPAN BANGSA YANG CERAH



Write By
Anak Kolong ITB Dari Kaum Patah Hati
Majalah Ganesha ITB

PENOLAKAN KENAIKAN BBM

Tanggal 24 Juni di Jakarta kembali terjadi aksi unjuk rasa yang di lakukan oleh berbagai elemen dan sektor seperti Buruh, Tani, Mahasiswa, Kaum Miskin Kota, dan Partai Politik yang tergabung dalam Front Rakyat Menggugat (FRM) dan Temu Aktivis Lintas Generasi (Tali Geni). Aksi ini adalah sebagai salah satu bentuk respon dari Penolakan Kenaikan BBM dimana bertepatan dengan penggunaan hak angket yang akan dilakukan oleh anggota DPR. Sebagai juga salah respon solidaritas atas kematian dari seorang mahasiswa di Jakarta akibat aksi represif yang dilakukan Aparat Keamanan pada tanggal 23 Mei 2008 di Kampus Unas.

Disisi lain adalah penolakan kenaikan BBM adalah sebagai salah satu bentuk perlawanan terhadap Kapitalisme Global, dimana saat ini hampir di seluruh dunia sedang terjadi krisis. Penolakan kenaikan BBM ternyata bukan hanya terjadi di Indonesia tetapi juga terjadi di hampir seluruh dunia dan selalu berakhir dengan bentrokan. Kapitalisme Global dengan perangkatnya yaitu borjuasi nasional di pemerintaham, partai politik dan kekuatan bersenjata akan selalu memakai banyak jargon politik untuk menipu, mengilusi bahkan menghancurkan setiap potensi perlawanan masyarakat.
Nyatalah bahwa Indonesia dibawah pengaruh Kapitalisme Global. Industrialisasi yang berjalan tidak diarahkan untuk memenuhi kesejahteraan rakyat, akan tetapi sekedar untuk kebutuhan dan ekspansi dari modal asing. Dengan susunan ekonomi Kapitalisme Global yang mengangkangi ekonomi nasional, mustahil ada ruang dan kesempatan untuk mengembangkan tenaga-tenaga produktif didalam negeri sebagai basis industrialiasasi modern. Dalam lapangan politik, rejim yang berdiri akan bertindak sebagai perwakilan kepentingan Kapitalis Global di Indonesia. Politik yang dijalankan oleh pemerintahan sekarang berusaha mengembalikan penguasaan bahan baku (seperti dijaman kolonialisme) terutama bahan material dan minyak, jaminan pekerja murah dan sebagai pasar bagi produk-produknya.
Kapitalisme Global tidak saja memiskinkan rakyat Indonesia dimasa sekarang, tetapi tidak memberikan jalan bagi perkembangan tenaga-tenaga produktif (teknologi dan SDM), tidak memberikan jalan bagi lahirnya borjuasi nasional untuk mengembangkan modalnya. Teranglah bahwa kenaikan harga BBM bukan saja menyeret kaum buruh dan kaum terpinggirkan pada kondisi ekonomi yang sulit, akan tetapi juga mendorong industri dalam negeri masuk dalam kubangan kehancuran. Terang pula, kebijakan ekonomi pemerintahan SBY –JK dan elit politik pro-asing menambah beban kesulitan yang dialami oleh pengusaha nasional. Beberapa paket liberalisasi yang kita cermati, memberikan efek-buruk kepada sektor Industri. Hal ini bukan saja memukul kepentingan pengusaha nasional, akan tetapi semakin mempersempit peluang pekerja dalam aspek pemenuhan tuntutan minimum; upah, jamsostek, cuti, dan lain-lain.
Lalu apa yang dilakukan??
Saat ini semua media mengekspos bahwa aksi kekerasan yang terjadi pada tanggal 24 Juni 2008 kemarin telah di tunggangi, bahkan Pemerintah dengan serentak mengatakan bahwa ini ada pihak-pihak yang ingin bermain dalam pemilu 2009, ini merupakan satu upaya dari Pemerintah untuk kembali memakai cara-cara ORBA yaitu memecah belah persatuan.
Maka kami dari MAJALAH GANESHA yang berada di INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG,menyatakan kepada masyarakat kampus dan elemen masyarakat luas:
Tolak Kenaikan Bahan Bakar Minyak.
Hapuskan Hutang, Bangun Industri Nasional dan Nasionalisasi Industri Pertambangan
Usut kematian kawan Maftuh Fauzi dan korban kekerasan dalam aksi penolakan kenaikan BBM serta bebaskan semua teman-teman yang di tangkap.
Tolak setiap bentuk represifitas aparat
Bangun Perlawanan rakyat miskin dengan membentuk aliansi/front untuk menolak kenaikan BBM dan setiap kebijakan Kapitalisme Global lainnya.

“Lawan Politik Adu Domba”

Feriandri Sinulingga
(Koordinator Umum MG-ITB)