Selasa, 22 Juli 2008

PENOLAKAN KENAIKAN BBM

Tanggal 24 Juni di Jakarta kembali terjadi aksi unjuk rasa yang di lakukan oleh berbagai elemen dan sektor seperti Buruh, Tani, Mahasiswa, Kaum Miskin Kota, dan Partai Politik yang tergabung dalam Front Rakyat Menggugat (FRM) dan Temu Aktivis Lintas Generasi (Tali Geni). Aksi ini adalah sebagai salah satu bentuk respon dari Penolakan Kenaikan BBM dimana bertepatan dengan penggunaan hak angket yang akan dilakukan oleh anggota DPR. Sebagai juga salah respon solidaritas atas kematian dari seorang mahasiswa di Jakarta akibat aksi represif yang dilakukan Aparat Keamanan pada tanggal 23 Mei 2008 di Kampus Unas.

Disisi lain adalah penolakan kenaikan BBM adalah sebagai salah satu bentuk perlawanan terhadap Kapitalisme Global, dimana saat ini hampir di seluruh dunia sedang terjadi krisis. Penolakan kenaikan BBM ternyata bukan hanya terjadi di Indonesia tetapi juga terjadi di hampir seluruh dunia dan selalu berakhir dengan bentrokan. Kapitalisme Global dengan perangkatnya yaitu borjuasi nasional di pemerintaham, partai politik dan kekuatan bersenjata akan selalu memakai banyak jargon politik untuk menipu, mengilusi bahkan menghancurkan setiap potensi perlawanan masyarakat.
Nyatalah bahwa Indonesia dibawah pengaruh Kapitalisme Global. Industrialisasi yang berjalan tidak diarahkan untuk memenuhi kesejahteraan rakyat, akan tetapi sekedar untuk kebutuhan dan ekspansi dari modal asing. Dengan susunan ekonomi Kapitalisme Global yang mengangkangi ekonomi nasional, mustahil ada ruang dan kesempatan untuk mengembangkan tenaga-tenaga produktif didalam negeri sebagai basis industrialiasasi modern. Dalam lapangan politik, rejim yang berdiri akan bertindak sebagai perwakilan kepentingan Kapitalis Global di Indonesia. Politik yang dijalankan oleh pemerintahan sekarang berusaha mengembalikan penguasaan bahan baku (seperti dijaman kolonialisme) terutama bahan material dan minyak, jaminan pekerja murah dan sebagai pasar bagi produk-produknya.
Kapitalisme Global tidak saja memiskinkan rakyat Indonesia dimasa sekarang, tetapi tidak memberikan jalan bagi perkembangan tenaga-tenaga produktif (teknologi dan SDM), tidak memberikan jalan bagi lahirnya borjuasi nasional untuk mengembangkan modalnya. Teranglah bahwa kenaikan harga BBM bukan saja menyeret kaum buruh dan kaum terpinggirkan pada kondisi ekonomi yang sulit, akan tetapi juga mendorong industri dalam negeri masuk dalam kubangan kehancuran. Terang pula, kebijakan ekonomi pemerintahan SBY –JK dan elit politik pro-asing menambah beban kesulitan yang dialami oleh pengusaha nasional. Beberapa paket liberalisasi yang kita cermati, memberikan efek-buruk kepada sektor Industri. Hal ini bukan saja memukul kepentingan pengusaha nasional, akan tetapi semakin mempersempit peluang pekerja dalam aspek pemenuhan tuntutan minimum; upah, jamsostek, cuti, dan lain-lain.
Lalu apa yang dilakukan??
Saat ini semua media mengekspos bahwa aksi kekerasan yang terjadi pada tanggal 24 Juni 2008 kemarin telah di tunggangi, bahkan Pemerintah dengan serentak mengatakan bahwa ini ada pihak-pihak yang ingin bermain dalam pemilu 2009, ini merupakan satu upaya dari Pemerintah untuk kembali memakai cara-cara ORBA yaitu memecah belah persatuan.
Maka kami dari MAJALAH GANESHA yang berada di INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG,menyatakan kepada masyarakat kampus dan elemen masyarakat luas:
Tolak Kenaikan Bahan Bakar Minyak.
Hapuskan Hutang, Bangun Industri Nasional dan Nasionalisasi Industri Pertambangan
Usut kematian kawan Maftuh Fauzi dan korban kekerasan dalam aksi penolakan kenaikan BBM serta bebaskan semua teman-teman yang di tangkap.
Tolak setiap bentuk represifitas aparat
Bangun Perlawanan rakyat miskin dengan membentuk aliansi/front untuk menolak kenaikan BBM dan setiap kebijakan Kapitalisme Global lainnya.

“Lawan Politik Adu Domba”

Feriandri Sinulingga
(Koordinator Umum MG-ITB)

Tidak ada komentar: